4 Masalah Kulit Yang Tidak Bisa Disembuhkan - I Was Born This Way
Holla!
Di postingan kali ini, gue mau cerita soal perhelatan gue dalam dunia skincare products untuk mengatasi berbagai macam permasalahan kulit yang gue hadapi. Bagaimana, sih rasanya ketika semua usaha pakai berbagai macam skincare products tetapi seperti nggak membuahkan hasil apapun? Kecewa dan sedih manusiawi, lah yaa? Tetapi, setelah sekian lama akhirnya gue "mengaudit" kondisi kulit gue lagi. Sadar bahwa beberapa permasalahan kulit yang gue hadapi adalah pengaruh genetik alias keturunan, ya yang bisa dilakukan hanya menerima dan mensyukurinya. Nah, kira-kira apa aja ya 4 masalah kulit yang tidak bisa disembuhkan di kulit gue?
Adakah yang mengalami hal yang sama?
Keep on reading :)
Source: cosmo.ph |
1. Large Pores
Source: healthline.com |
Pori-pori yang besar di wilayah "monster pore" alias area wajah dengan kandungan sebum tertinggi, ternyata adaah faktor genetik yang memang sudah ada sejak lahir. Dulu, gue bingung banget sampai segala cara mulai dari pakai drugstores skincare products sampai pakai krim dan treatment khusus di dokter untuk mengecilkan pori-pori. Bisa, sih, tersamarkan. Tetapi, efeknya memang temporary alias sementara. Pori-pori bisa kembali terlihat besar apalagi kalau dalam kondisi berkeringat atau udara panas. Nah, ternyata kondisi ini adalah faktor genetik yang gue wariskan dari keluarga mama. Kebetulan penurunannya bersifat langsung, yaitu dari wanita carrier ke keturunan wanita. Awalnya, hal ini nggak gue sadari. Tetapi, setelah gue baca beberapa artikel bahwa memang masalah pori-pori besar salah satunya disebabkan oleh faktor genetik, gue jadi memperhatikan kondisi kulit keluarga gue yang lain. Ternyata memang benar, rata-rata saudara kandung perempuan mama memiliki tampilan pori-pori yang cukup besar dengan kondisi kulit yang cenderung berminyak. Kondisi kulit yang cenderung berminyak memang biasanya lebih rentan memiliki pori-pori besar.
Jadi, apa saja yang bisa gue lakukan untuk setidaknya menyamarkan kondisi pori-pori gue yang sedari di surga memang sudah besar ini?
- Menggunakan skincare products yang dapat mengontrol produksi sebum, seperti toner, serum, dan lain sebagainya. Sehingga, pori-pori yang besar dapat lebih tersamarkan.
- Menggunakan kosmetik, seperti primer dengan bahan dasar silicon untuk mengisi pori-pori sehingga tampilannya menjadi terlihat lebih samar. Salah satu primer silicon yang cocok di kulit gue adalah Maybelline Baby Skin Pore Eraser. Nah, tapi kalau misalnya nggak pakai primer, biasanya gue akan menambah layer foundation di area pori-pori yang memang lebih butuh coverage.
- Melakukan terapi es batu sebelum menggunakan make up. Ini juga bisa membatu untuk menghidrasi kulit dan memperhalus permukaan kulit sebelum menggunakan make up.
Source: look-beautiful.de |
2. Dark Circles
Awal sadar bahwa "mata panda" gue separah itu adalah ketika mulai mencoba pakai concealer. Bingung, kok rasanya udah coba berbagai brand juga nggak bisa sepenuhnya menutupi lingkar hitam di bawah mata, ya? Kalaupun bisa, harus benar-benar beberapa layer. Masalahnya, kalau pakai lebih dari satu layer, akibat adanya garis halus yang muncul di bagian bawah mata, malah membuat tampilan make up rawan cracking. Serba salah, kan? Tetapi, alhamdulillah banget waktu akhirnya dipertemukan dengan LA Pro Conceal karena setidaknya produk ini bisa cooperate lebih baik dibandingkan produk-produk lainnya yang gue coba. Plus, harganya yang affordable. Nggak ada maksud promosi yaa. Tapi memang sebagus itu bahkan kadang orange corrector nya bisa nggak terpakai kalau sudah pakai shade Pure Beige maupun Creamy Beige. Kalau lagi benar-benar gelap, biasanya pakai yang pure beige karena ada undertone kuningnya baru ditimpa sama creamy beige yang ada peach undertone nya. Tapi kalau normal gelapnya ya pakai yang shade creamy beige aja udah cukup nutup. Shade creamy beige ini juga paling match sama warna foundation gue yang memang selalu harus ada pink undertone nya karena kulit gue sendiri light dengan neutral to cool undertone.
Mulai tahun 2015 gitu deh kalo nggak salah, gue mencoba pakai eye cream. Hmm...udah lumayan rada telat yaa sebenarnya. Karena, sepengetahuan gue, eye cream seharusnya mulai dipakai sedini mungkin, misal saat usia remaja. Lumayan lah, bisa setidaknya melembabkan. Apalagi waktu jaman kuliah juga gue lumayan sering begadang gara-gara nugas entah drafting atau bikin maket. Alhasil, besok pagi nya bakal muncul mata panda dan puffy eyes. Brand pertama yang gue coba adalah SK II. Gue coba beli sample size SK II Eyesteam Power nggak ada perubahan. Akhirnya, gue beli yang lebih murah aja selanjutnya, Wardah Renew You Eye Cream. Setelah habis 3 tubes dan yah, beginilah. Akhirnya gue coba cari-cari artikel. Ya sudah, memang ini faktor genetik. Ditambah gue sendiri sehari-hari adalah pengguna kacamata karena punya mata minus dan silinder. Walaupun nggak besar, sih. Ya, tapi tetap harus pakai kacamata supaya nggak jadi nambah silindernya. Jadi, ya wajar kalau ada hari di mana mata gue bisa sangat cekung dan hitam. Saat ini, gue masih terus menggunakan eye cream, yaitu Nacific Fresh Herb Callendula Eye Cream
3. Keloid
Source: hellosehat.com |
Mudahnya, keloid atau"Skar Hipertrofi" bisa diartikan sebagai "penyembuhan kulit yang berlebihan." Jadi, kalau misal terjadi luka, proses pembaruan sel kulit mati nya itu melebihi batas normal. Sehingga, menyebabkan area luka menjadi daging yang timbul di antara area kulit normal lainnya. Gue sudah pernah menjalani berbagai macam treatment untuk menyembuhkan keloid. Di klinik dokter SpKK sebelumnya, pernah menjalani suntik dan dikasih resep salep untuk mengecilkan ukuran keloid yang ada. Fyi, salep nya mahal banget. Seinget gue, sekitar 700 ribu-an dan ya tidak membawa perubahan apapun. Keloid gue nggak berubah baik dari segi warna maupun ukuran. Terkadang, masih juga terasa gatal bahkan sakit.
Terus pindah dokter dan menjalani operasi. Dalam keadaan sadar tanpa anestesi. Ya, lumayan rasanya cekit-cekit dan bau gosong karena memang keloid nya itu dibakar gitu baru dibersihkan. Hasilnya, memang bersih awalnya. Hanya meninggalkan spot bekas keloid yang gue kira bisa dihilangkan atau disamarkan dengan whitening products. Nyatanya, selang beberapa tahun kemudian, keloid itu tumbuh lagi di tempat yang sama bahkan dalam ukuran 2x lipat lebih besar dari yang sebelumnya. Sejak saat itu, gue jadi takut menjalani treatment apapun terhadap keloid. Lalu, gue memutuskan untuk mulai menerima kondisi kulit ini apa adanya saja.
4. Dehydrated Nose Skin
Source: hellosehat.com |
Khusus yang satu ini, gue memang nggak mengalaminya setiap waktu. Sehari-hari, jenis kulit gue adalah combination to oily skin type. Tetapi, ada kalanya kulit hidung gue bisa mengelupas hebat kayak habis chemical peeling gitu. Ngeselin banget kan! Bikin penampilan foundation yang seharusnya flawless malah jadi rusak. Pokoknya gue udah pasrah banget lah sama complexion kalau kondisi ini terjadi lagi. Aneh, kan? Padahal biasanya kulit gue cenderung berminyak. Apalagi waktu menggunakan make up. Nah, setelah gue baca dari berbagai sumber, ternyata kulit hidung yang mengelupas itu memang bisa dialami oleh segala jenis kulit, baik dry skin, combination skin, maupun oily skin sekalipun. Tetapi, yang bikin sedih adalah penyebabnya. Dikutip dari salah satu artikel di Official Website nya Bioderma, dehidrasi kulit hidung yang menyebabkan kulit di area ini kering dan mengekupas, salah satunya adalah karena faktor alergi.
Jelas, gue memang punya alergi seputar pernafasan. Hidung gue sangat sensitif terhadap debu dan udara dingin. Walaupun, sewaktu tinggal di Jepang saat musim dingin gue nggak pernah kambuh. Mungkin karena udaranya yang bersih juga kali, yaa? Tapi, sekalinya gue kambuh, gue bisa sesak dan bersin berkali-kali dan itu bisa berlangsung selama beberapa jam. Biasanya rawan terjadi di pagi hari. Makanya sering disebut juga gejala Flu Pagi. Nanti, ketika matahari sudah tinggi, gue akan kembali normal. Nah, cuma, nih karena mungkin saat bersin gue berkali-kali pakai tissue, jadinya kulit hidung gue merah dan kering.
Dulu sempat pernah cek juga ke dokter THT di RS Siloam. Dokternya cuma tanya,
"Di keluarga, siapa lagi yang hidung nya kayak gini juga suka bersin-bersin terus?
Oh ya tentu saja, adik dan mama gue juga nyaris selalu mengalami hal serupa. Itu artinya, alergi ini adalah faktor genetik yang tidak bisa disembuhkan. Cara mengatasinya hanya dengan menjauhkan diri semaksimal mungkin dari hal-hal pemicu alergi. Dokter bilang, hanya gue yang tahu apa saja pemicunya. Memang selama ini, yang gue rasain selalu debu rumah tangga aja. Alias debu-debu di rumah baik di lantai maupun yang menempel di perabotan. Makanya gue harus ekstra hati-hati akalu lagi bersih-bersih rumah. Pakai masker malah kalau bisa. Nah, ketika alergi gue kambuh, biasanya kulit hidung gue rasanya tipis banget, gatel dan kemerahan. Kalau sudah parah banget, bisa terkelupas. Ya sudah, nggak ada cara lain selain pakai moisturizer atau sleeping mask. Sehingga, besok pagi kulit hidunya akan kembali normal. Beberapa hari lalu gue sempat mengalami ini, dan penyelamat gue adalah Laneige Cream Skin Refiner. Sehabis cuci muka, gue cuma pake ini aja 3 layer terus pakai eye cream dan bobo deh.
***
Okay, itu tadi sedikit cerita gue tentang 4 masalah kulit yang tidak bisa disembuhkan karena I was born this way. Gue hanya mau menegaskan bahwa nggak ada yang salah, kok, dengan kondisi bawaan lahir. Gue tipe orang yang percaya bahwa
Semua hal yang terjadi sama diri kita itu ada alasannya dan nggak semua perlu kita ketahui.
Kalau kalian juga menghadapi apa yang gue hadapi, boleh banget kok dishare. Pokoknya, saran gue tetap aja lakukan skin care routine kalian sebagaimana mestinya. Kalian sendiri kok yang tahu kebutuhan kulit masing-masing. Nggak usah peduliin kata orang yang bilang bahwa skincare kalian "nggak melakukan apapun". Misal, dengan dark circle bawaan lahir yang gue punya, gue tetap merawat area mata gue dengan eye cream. Bayangkan aja, dengan kondisi area mata yang sudah begitu, nggak gue rawat. Nanti pasti terasa banget, deh dampaknya di usia 30-an maupun dekade-dekade selanjutnya.
Anyway, setiap manusia lahir dengan membawa "kode unik" bernama gen yang berbeda-beda. Hal itulah yang membuat kita unik. Jadi, yuk mulai tahun 2020 ini berhenti membandingkan kondisi kulit kita dengan kondisi kulit orang lain dan mulai bersyukur dengan karunia Tuhan yang kita punya. Nobody's perfect. If you're perfect, then you're nobody. See you on my next blog posts!
No comments:
Holla! Thanks for reading my post. Silakan tinggalkan komentar atau pertanyaan terkait konten. Komen spam, annonymous, maupun berisi link hidup akan dihapus. Centang "Notify Me" agar kalian tahu kalau komennya sudah dibalas, yaa!