How to Bullet Journal-ing for Beginners - Anti Mati Gaya saat #Dirumahaja
Holla!
Sudah lama nggak posting lagi, nih, semenjak bulan Maret lalu. Di postingan kali ini, gue mau berbagi tips supaya kegiatan #dirumahaja kalian nggak membosankan lewat "How to Bullet Journal-ing for Beginners." Mungkin, kalian sudah banyak baca sumber lain yang menyarankan pola hidup sehat untuk mendukung kesehatan fisik kalian, ya? Tapi, kali ini tips yang akan gue bagi adalah untuk relaksasi sekaligus meditasi demi ketenangan jiwa selama nggak ke mana-mana. Yaitu, dengan bullet journaling. Penasaran? Keep on reading! :)
Apa sih Bullet Journal itu?
Cerita sedikit, gue sejak SD memang sudah suka dengan diary. Tetapi untuk bujo yang benar-benar gue desain sendiri sejujurnya baru mulai di tahun 2019. Sedangkan di tahun 2014-2018 masih pakai planner yang dapat gratis dari berbagai brand hihi. Sebenarnya, bullet journal atau sering disingkat bujo itu sekilas mirip dengan buku diary, ya? Tetapi sebenarnya bullet journal itu sendiri merge antara planner book dan diary book. Ini bukan definisi pasti yaa. Tetapi lebih kepada definisi secara umum tentang bagaimana para bujo artist (sebutan untuk para pecinta seni bullet journaling) mendesain konten untuk bullet journal mereka. Termasuk yang gue lakukan sendiri. Gue selalu memfungsikan bullet journal untuk berbagai keperluan di bawah:
1. Yearly Plans
2. Monthly Plans
3. Weekly Plans
4. Daily diary
5. Habit Tracker
6. Entertainment (Music Playlist/ Reading List)
Mengapa Mencoba Seni Bullet Journal?
The Bullet Journal Method : Track the Past, Order the Present, and Design the Future
- Ryder Carroll -
1. Bullet Journal membantu kita mereview kegiatan kita yang telah lalu.
Biasanya dalam satu bulan, gue akan membuat template-template yang nanti nya akan diisi dengan plans dan tracker. Misal, di bulan Januari, gue merancang template "Mood Tracker". Nah, dengan template ini, maka gue akan bisa mendapatkan summary tentang mood gue sebulan belakangan. Apakah gue cukup bahagia, atau banyak sedihnya? Banyak merasa excited atau banyak marahnya? Sehingga, ini bisa dijadikan acuan untuk bulan berikutnya supaya kita bisa lebih bijak dalam mengatur mood agar tidak mengganggu kinerja dan produktivitas kita ke depan.
2. Bullet Journal membantu kita mengatur hal yang sedang kita jalani.
Kalian di sini siapa yang punya banyak hal yang harus dikerjakan dalam waktu bersamaan? Nah, biasanya kita akan sulit fokus dan mudah lupa. Apalagi dalam kondisi kita lagi WFH atau #dirumahaja seperti sekarang. Otak kita juga beradaptasi dengan perubahan ritme kerja dan aktivitas lainnya. Untuk itulah ada "Weekly Planner". Jadi, kita bisa track hal-hal apa yang akan kita kerjakan seminggu ke depan dengan membuat "check list". Bisa set "Reminder" di bagian "Monthly Planner" untuk tahu jangka waktu yang kita perlukan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut dan kemungkinan waktu yang dapat kita gunakan untuk istirahat dan hiburan lain.
3. Bullet Journal membatu kita merencanakan hal-hal yang akan kita lakukan hingga setidaknya satu tahun ke depan.
Tentu saja, karena bentuknya memang seperti planner pada umumnya. Bedanya, kita bisa mendesain dan kostumisasi sendiri kontennya. Kita bisa buat goals atau wishlist untuk jangka waktu yang kita tentukan sendiri. Hal ini juga bagian dari proses meditasi, yang mana bujo sering disebut sebagai written meditation. Kita jadi bisa lebih optimis karena hidup dengan terencana dan punya tujuan yang ingin dicapai.
Bagaimana Cara Memulai Bullet Journaling untuk Pemula?
Nah, di sini aku mau mulai berbagi tips tentang bagaimana cara kalian memulai bullet journaling atau bujo-ing. Sebenarnya, nggak ada aturan khusus atau pasti, kok. Karena bujo itu sifatnya personal. Silahkan disesuaikan saja dengan kebutuhan kalian untuk content nya. Bahkan, content dalam bujo yang gue pakai pun belum tentu sama setiap bulannya.
Personal Tips:
1. Bujo-ing nggak harus tulisannya bagus atau artsy.
Pede aja dengan tulisan tangan kalian sendiri, sambil sedikit-sedikit belajar soal hand-lettering. Gue pun belum pro dalam hal ini. Tapi, gue selalu berpikir, nggak ada tulisan tangan yang sama. Masing-masing itu unik. Terus latihan sampai kalian menemukan style tulisan kalian sendiri.
2. Bujo-ing nggak harus pintar gambar.
Kalau kalian belum pede coret-coret, kalian bisa pakai scrapbook technique, kok. Dengan cara tempel potongan majalah bekas, kertas bekas yang berwarna, bertekstur, atau berpola. Bisa juga ditambah stickers (kalau bisaa jangan yang terlalu timbul yaa).
3. Keep you bujo in the safest place!
Perlu diingat kalau isi dari bujo kalian adalah hal-hal personal. Untuk part bujo yang gue share di sini pun beberapa gue sensor karena memang bukan untuk konsumsi publik.
Pro Tips:
- Pilih bujo yang kertasnya tidak terlalu tipis dengan jumlah lembar yang cukup.
Nggak usah terlalu banyak/tebal, pilih yang antara 100-200 lembar saja sudah sangat cukup untuk satu tahun. Tipe kertas bujo biasanya ada 4: plain (tanpa garis/ polos), lines (bergaris), squares (kotak-kotak), dan dots (titik -titik). Bujo yang gue pake tipe nya adalah dots. Kenapa? Karena sekilas seperti kertas polos tetapi kita tetap punya titik-titik acuan untuk menggambar atau membuat garis dan pola. Sebenarnya, ini personal preference aja. Gue sangat menyarankan tipe dots karena tampilannya lebih bersih dibading lines dan squares tapi lebih mudah digunakan dibanding tipe plain. Terutama untuk pemula bujo-ing. Contoh bujo yang gue pakai ada di bagian "Basic Bujo Kit - Starter Pack."
- Pilih alat tulis yang nyaman digunakan
Tidak mudah tembus atau beleberan ke mana-mana (haha nggak tau Bahasa Indonesia yang baik dan benar untuk kata ini). Kertas bujo biasanya lebih berserat dibandingkan kertas buku pada umunya. Biasanya kertas berwarna putih gading mirip dengan kertas yang biasa digunakan untuk novel. Mungkin kalian sering liat bujo artist pada pakai lettering brush. Biasanya yang paling populer adalah merk Tombow yang punya dua sisi. Satu sisi brush dan sisi satunya adalah marker. Tapi ini agak pricey, yaitu sekitar Rp30.000,00 per buah nya. Tetapi memang brush nya ini cukup lembut tetapi masih kokoh dan isinya tidak mudah habis. Walaupun untuk warna hitamnya sendiri menurut aku untuk single stroke dengan bagian brush nggak begitu pekat.
- Perbanyak referensi tetapi bukan menjiplak
Mencari referensi utnuk mengetahui desain layout yang efekif sangat disarankan untuk pemula. Tetapi bukan dengan menjiplak dan hanya memindahkan apa yang kalian lihat di referensi terus dipindahin mentah-mentah ke bujo kalian yaa. Beberapa jenis layout bujo yang gue pake untuk referensi bisa kalian lihat di bagian akhir postingan ini, yaa.
Basic Bujo Kit - Starter Pack
Berikut beberapa contoh "alat tempur" yang bisa digunakan untuk bujo-ing. Tapi ini semua hanya referensi yang gue pakai aja yaa. Bebas kok kalian mau punya preference pakai stationary merk apa aja. Tapi yang ada di foto adalah yang gue nyaman pakai aja.
1. Dotted Bujo by Buddy Books
Ini gue beli di Shopee official nya mereka @buddybooks waktu lagi ada promo sekitar Rp64.000,00. Harga bisa berbeda tergantung desain dan ketebalan bujo. Yang gue pakai adalah A5 Size, Dotted Paper, 90 gsm, 144 lembar. Detail ukuran dan jenisnya tertera lengkap di Shopee mereka yaa.
2. Brush Pen : Snowman, Sakura Koi, dan Tombow
Gantian aja pakainya. Karena gue juga nggak punya banyak warna (banyak yang ilang huhu). Seperti yang tadi sudah gue jelaskan, si Tombow itu harganya Rp30.000 an gt. Seluruh brush pens biasa gue beli di Gramedia Offline Store nya langsung. Tapi di e-commerce sudah banyak kok yang jual. Cuma hati-hati kalau dapat yang kw, yaa. Gue belinya nyicil sebiji-sebiji gitu soalnya mahal beb wkwk.
Tetapi, ada opsi lebih murah yaitu dari merk Sakura Koi, yaitu Koi Coloring Brush Pen yang harganya sekitar Rp16.000,00 per buah dan yang paling murah yang gue temui sejauh ini adalah dari merk Snowman, yaitu Snowman Brush Pen yang harganya hanya Rp8.000,00. Menurut gue pribadi, sebenarnya antara Koi dan Snowman saat dipakai bedanya memang di kelembutan brush strokes nya saat kita pakai menulis dan hasil akhir. Untuk warna gelapnya pun, Koi masih bisa dibilang translucent. Sehingga tidak terlalu berpotensi tembus di kertas dan hasil tarikan garisnya terlihat jelas. Sedangkan Snowman, brush nya lebih stiff dan hasil akhirnya lebih vibrant. Berikut perbandingan ketiganya (maaf ya, yang snowman rada failed, salah di gue nya wk) :
Kalau ditanya lebih suka yang mana, sebenarnya masing-masing punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk soal smoothness, Tombow dan Koi memang cenderung smoother. Tapi, kalau soal vibrance, Snowman. Karena, meskipun pakai Tombow dan Koi yang shade gelap, hasilnya nggak se-vibrant Snowman. Tombow dan Koi lebih untuk transparent finish.
Kalau ditanya lebih suka yang mana, sebenarnya masing-masing punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk soal smoothness, Tombow dan Koi memang cenderung smoother. Tapi, kalau soal vibrance, Snowman. Karena, meskipun pakai Tombow dan Koi yang shade gelap, hasilnya nggak se-vibrant Snowman. Tombow dan Koi lebih untuk transparent finish.
4. Stabilo Boss Original (Pastels)
Ini ternyata seberguna itu dan lumayan murah dibanding merk yang hits itu (Midliner). Sengaja pilih pastel karena kalau ditimpa pulpen hitam tulisannya masih terbaca jelas. Beli di Gramedia juga sekitar Rp40.000,00-an.
Tips: kalau mau nimpa, jangan stabilo nya terakhir yaa. Stabilo dulu baru tulis dengan pulpen di atasnya. Supaya nggak smudging.
5. Zebra Sarasa Clip (Black) 0.5mm
Ini salah satu pulpen yang enak dipakai. Pekat karena tipe gel tapi nggak gampang tembus di kertas. Memang sih secara harga lumayan yaa kalau nggak salah sekitar Rp15.000,00 gitu di Gramedia. Gue pakai yang 0,5mm karena sesuai ukuran font tulisan tangan gue sehari-hari. Nggak ketebelan, nggak ketipisan.
6. Pensil Mekanik Faber Castle
Pensil mekanik gue gunakan untuk outline atau layout. Di foto ini yang warna hijau muda. Sejauh ini, belum nemu pensil mekanik yang lebih baik dari ini, sih. Dia mudah diisi karena bisa dari bagian belakang, tinggal masukin di tube warna putihnya, terus tekan bagian tutup belakangnya beberapa kali. Dia nggak gampang bikin isi pensil patah. Grip nya juga nyaman. Kalau nggak salah dulu beli ini yang set dengan isinya. Rada lupa harganya berapa tapi kalo nggak salah sekitar Rp20.000,00 an di Gramedia (lagi). Pensil tipe ini banyak pilihan warnanya dan masih sangat mudah ditemui di manapun kok.
7. Penghapus Faber Castle
Pensil mekanik gue gunakan untuk outline atau layout. Di foto ini yang warna hijau muda. Sejauh ini, belum nemu pensil mekanik yang lebih baik dari ini, sih. Dia mudah diisi karena bisa dari bagian belakang, tinggal masukin di tube warna putihnya, terus tekan bagian tutup belakangnya beberapa kali. Dia nggak gampang bikin isi pensil patah. Grip nya juga nyaman. Kalau nggak salah dulu beli ini yang set dengan isinya. Rada lupa harganya berapa tapi kalo nggak salah sekitar Rp20.000,00 an di Gramedia (lagi). Pensil tipe ini banyak pilihan warnanya dan masih sangat mudah ditemui di manapun kok.
7. Penghapus Faber Castle
Gue pakai dua karena kebetulan ada 2 aja hehe. Satu warna abu-abu yang biasa untuk ujian komputer dan satu lagi yang warna biru. Untuk kemampuan menghapusnya gue rasa sama aja, yaa. Walaupun aslinya, penghapus yang berwarna itu juga bisa dipakai menghapus pensil warna lebih bersih dari penghapus konvensional lainnya. Cuma, yang biru lebih gue suka karena bentuknya gepeng dan lebar jadi secara grip lebih enak dipakai. Satu lagi, gue ngerasa yang biru lebih nggak mudah sobek saat dipakai.
8. Penggaris (any brand, not incl in pic)
Gue pakai penggaris apa aja yang gue punya. Tapi, kalau boleh suggest, merk Zigel bagus. Walupun dia paling pendek adanya 30cm kalau nggak salah. Biasanya, kalau untuk layout dalam satu halaman aja, gue tetap pakai Butterfly yang 20cm. Toh, bujo-ing nggak selalu butuh sesuatu yang presisi.
Gue pakai penggaris apa aja yang gue punya. Tapi, kalau boleh suggest, merk Zigel bagus. Walupun dia paling pendek adanya 30cm kalau nggak salah. Biasanya, kalau untuk layout dalam satu halaman aja, gue tetap pakai Butterfly yang 20cm. Toh, bujo-ing nggak selalu butuh sesuatu yang presisi.
Beberapa Contoh Layout Bujo
Berikut beberapa contoh layout bujo yang mudah dibuat untuk pemula dan bisa kalian kreasikan lagi sesuai kreativitas kalian masing-masing.
1. Boxes
Layout ini biasanya fixed selalu gue pakai dalam template setiap bulannya. Biasanya pas di balik Monthly Cover (contih di header post). Bentuknya boxes dengan tanggal-tanggal. Tujuannya untuk dijadikan sebagai monthly planner mapping dengan reminder singkat seperti: Mom's Bday, misalnya.
Monthly Plan Box Layout |
2. Pixel
Bentuk Layout ini adalah modifikasi dari bentuk boxes. Jadi, inti dari pixel adalah kita memiliki beberapa kotak yang diisi hingga membentuk pola tertentu. Tipe ini sering gue pakai untuk content yang berhubungan dengan tracking. Misalnya, habit tracker. Caranya, gambar kotak-kotak sesuai dengan jumlah tanggal atau mengikuti kalender bulan yang mau kita track, dan isi sesuai dengan tanggal nya, dengan memberi warna. Misalnya, jenis habit yang mau kita track adalah reading. Kita baca buku nih tgl 10, jadi di kotak tanggal 10, kita warnain. Kalau kita nggak baca, kotaknya dibiarkan kosong aja. Biasanya gue warnain pakai brush pen atau stabilo. Contohnya di bawah ini:
Tips :
Jangan lupa buat mini kalendar di bagian mana saja, supaya waktu ngisi pixel, kita nggak bingung dan nggak perlu bolak-balik cek kalender tahunan yang ada di halaman depan tiap mau ngisi tracker.
3. Columns
Jangan lupa buat mini kalendar di bagian mana saja, supaya waktu ngisi pixel, kita nggak bingung dan nggak perlu bolak-balik cek kalender tahunan yang ada di halaman depan tiap mau ngisi tracker.
3. Columns
Bentuk kolom adalah jenis layout yang paling mudah dibuat dan digunakan. Biasanya jenis ini gue pakai untuk content yang bentuknya listing atau paragraph. Karena layout ini tetap punya space yang cukup tetapi terkesan rapi dan sistematis. Layout di bawah adalah hasil inspirasi yang gue dapatkan dari salah satu bujo artist yang ada di Instagram, yaitu @feebujo. Karena gue suka banget dengan model column dengan header di 1/3 halaman untuk gambar dan hand lettering dan sisa 2/3 nya bisa kita pakai untuk menulis.
4. Random
Layout ini sekilas kayaknya mudah digunakan. Tapiiii, jangan salah. Kalau kita nggak hati-hati jatohnya malah kelewat berantakan. Biasanya gue pakai layout ini kalau lagi males bikin template atau butuh space untuk konten yang lebih luas. Jadi, biasanya gue akan nulis dulu baru menentukan border nya kemudian. Sehingga bentuknya bisa zig-zag dan content space setiap harinya berbeda ukuran.
5. Mixed
Bentuk layout ini adalah bentuk campuran dari layout yang udah gue sebutkan di atas. Sebagai contoh di bawah ini, gue mixed antara column dan pixel . Bagian column kurang lebih sekitar 2/3 halaman dan di bagian sisa bawahnya bisa dibuat mini pixel untuk weekly habit tracker.
***
Okay, segitu dulu tips and trick nya yaa semuanya. Kalau ada yang mau ditanya, bisa langsung komen di bawah. Semoga bermanfaat dan see you on my next blogpost! :)
No comments:
Holla! Thanks for reading my post. Silakan tinggalkan komentar atau pertanyaan terkait konten. Komen spam, annonymous, maupun berisi link hidup akan dihapus. Centang "Notify Me" agar kalian tahu kalau komennya sudah dibalas, yaa!