7 Business in Beauty yang Bisa Kamu Coba di Tahun 2021
Holla!
Di postingan kali ini gue mau bahas topik yang berbeda dari biasanya karena belum pernah dibahas di sini, nih. Business in Beauty. Mungkin kalian sudah sering dengar? Tahun 2020 kemarin gue rasa merupakan tahun yang berat bagi sebagian besar atau bahkan seluruh lapisan masyarakat. Mungkin banyak dari kalian yang kehilangan orang tersayang maupun pekerjaan kalian karena dampak pandemi. Kalau kalian sedang baca tulisan ini, selamat yaa. Karena sudah mampu bertahan hingga sejauh ini :)
Gue pun mengalami masa-masa sulit, kok. Tetapi gue juga ingin cerita bagaimana gue melewatinya dengan cara gue sendiri. Intinya, kali ini gue mau bahas tentang bagaimana menghasilkan lewat beauty industry selain dengan menjadi produsen dari produk kecantikan itu sendiri. Di sini nanti gue juga akan cerita tentang pengalaman gue berpenghasilan dalam Business in Beauty itu sendiri.
Kalau penasaran, keep on reading!
1. CONTENT WRITER
Bagi kalian yang hobi nulis, menjadi Content Writer bisa jadi pilihan. Kalian cukup punya platform untuk menulis. Baik itu di platform orang lain, seperti Blog Startup atau Website Brand maupun Blog Pribadi. Tugas seorang Content Writer pada dasarnya adalah membuat artikel yang tujuannya adalah memberikan informasi dan edukasi kepada audience alias para pembacanya. Inilah profesi yang gue sedang jalani sekarang. Termasuk ketika menulis artikel ini.
Content Writing sebagai sebuah pekerjaan memang bisa in office jika kalian direkrut di start up atau korporasi. Sehingga mampu memperoleh penghasilan tetap setiap bulan. Namun, bisa juga freelance. Istilahnya "penulis lepas". Di mana kalian bisa remote working atau bekerja dari mana saja dengan penghasilan dihitung per project yang kalian kerjakan. Bedanya di take home pay dan fleksibilitas waktu kerja. Bisa kalian sesuaikan dengan kondisi saat ini, lebih nyaman yang mana. Gue sendiri bergabung dengan salah satu agency sebagai Freelance Content Writer dan juga sebagai Professional Content Writer di website gue sendiri. Output nya tetap sama. Hanya berbeda di workflow saja. Di mana agency berperan sebagai perantara antara gue sebagai Content Writer dan Brand sebagai Client. Sedangkan jika sebagai Professional Content Writer, pihak Brand akan langsung menghubungi gue melalui divisi marketing dan PR via email maupun DM Instagram. Tergantung flow yang terjadi dalam proses rekrutment sebagai talent - istilah umum yang digunakan Brand untuk menyebut orang yang mereka rekrut dalam Digital Marketing seperti ini.
Kalau ditanya, "Kok bisa dihubungi Brand?" Ya tentu saja sudah punya portfolio adalah jalan ninja gue haha. Website ini adalah My Writing Portfolio. Di mana Brand bisa menilai kualitas tulisan gue dan juga traffic audience dari page ini seperti apa. Sehingga, bisa disesuaikan dengan kebutuhan marketing masing-masing Brand. Sistem marketing seperti ini biasa disebut dengan sistem KOL yaitu singkatan dari Key Opinion Leader. Jadi, teknik marketing KOL pada intinya memberdayakan individu tertentu untuk memberikan insight atau perspektif kepada target market para Brands tadi. Meskipun kalau untuk skala gue istilahnya lebih cocok Micro Influencer yaa haha. Tetapi gue lebih nyaman menggunakan branding sebagai Blogger atau Content Writer.
2. COPY WRITER
Serupa namun tak sama dengan Content Writer. Jika tugas seorang Content Writer adalah membuat artikel yang tujuannya adalah memberikan informasi dan edukasi kepada para pembacanya. Lain halnya dengan Copywriter yang tugasnya persuasif atau memengaruhi pembaca untuk melakukan aksi tertentu. Misalkan, kalian pernah baca suatu artikel yang bahasanya sangat mengajak. Kemudian di akhir kalian "diminta" untuk melakukan pembelian suatu produk, misalnya. Nah, inilah tugas seorang Copy Writer.
Namun, copywriting sendiri ada 2. Pertama, ada App Copy Writer yang bahasanya relatif lebih singkat, padat, dan jelas. Kalau kalian download aplikasi kemudian suka muncul pop up notification yang mengajak kalian untuk membuka aplikasi tersebut, nah ini dia hasil karya App Copy Writer. Jika tidak ada aplikasi, bisa juga namanya berubah menjadi Social Media Copy Writer yang bertugas mendesain anatomi caption di Instagram, misalnya. Profesi ini akan sangat berkaitan dengan Graphic Design Team dan Marketing Team.
Satu lagi, SEO Copy Writer yang hampir mirip dengan Content Writer, di mana tugas utamanya memaksimalkan SEO Website suatu Brand yang tujuan akhirnya mengkonversikan audience behavior dari membaca menjadi membeli atau melakukan prompt yang diminta dari artikel tersebut.
3. BEAUTY VLOGGER
Bagi kalian yang nggak suka nulis tapi lebih suka cerita dan ngobrol di depan kamera, profesi Beauty Vlogger bisa jadi pilihan, nih! Sekarang sudah banyak platform yang mendukung seperti YouTube, Instagram, maupun Tik Tok. Tergantung media mana yang paling kalian kenali algoritmanya serta user behavior nya. Untuk Instagram bisa banget berdayakan fitur IG TV seperti di berikut ini. Btw ini edit nya pake Tik Tok haha. Jadi bisa jadi konten Tik Tok juga kan? Ini pun gara-gara prompt dari campaign nya L'Oréal jadi punya pengalaman bikin video Tik Tok untuk pertama kali dan satu-satunya haha.
Profesi ini sejujurnya baru hadir satu dekade belakangan. Tidak selama profesi No.1 dan 2. Namun, profesi ini tidak dipungkiri memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap Digital Disruptive atau ledakan digital. Di mana profesi ini mampu menggiring viewers untuk meningkatkan intensitas screen time harian mereka. Proses produksinya pun memerlukan banyak aspek yaitu visual dan audio. Tidak seperti profesi No.1 dan 2 yang hanya visual dalam bentuk tulisan dan foto. Seorang Beuaty Vlogger harus mampu menyampaikan informasi dalam bentuk video dengan audio yang jelas dan tampilan konsep yang menarik. Sehingga, viewers akan tertarik menonton. Bahkan melanjutkan untuk menonton konten yang lain.
Tidak harus pakai kamera yang canggih, kok. Sekarang pun banyak banget Beauty Vlogger yang masih menggunakan smartphone untuk merekam konten-konten mereka. Asalkan informasi yang disampaikan sesuai konteks, jelas, dan dapat dipertanggungjawabkan sah-sah saja, bukan? Namun, dengan semakin bertambahnya jumlah content creator (lihat profesi No.4), tentunya kalian harus menemukan niche kalian sendiri. Yaitu, faktor pembeda kalian dengan para Beauty Vloggers yang lain.
4. BEAUTY CONTENT CREATOR
Sebenarnya yang disebut Beauty Content Creator (BCC) itu seseorang yang memproduksi konten di sosial media dengan niche beauty. Tetapi, di poin ini gue akan lebih membahas konten dalam bentuk foto di dua jenis platform, yaitu Instagram dan Twitter. Profesi ini cocok banget untuk kalian yang suka dengan product photography dan suka nulis tetapi nggak suka yang terlalu kompleks seperti artikel Blog.
Dasar analisis gue ini karena banyak fakta di lapangan yaitu bermunculannya BCC baru setiap bulannya. Banyak yang mulai mengubah branding sosial media mereka terutama Instagram sebagai akun BCC. Di forum-forum komunitas pun lumayan sering muncul pertanyaan soal bagaimana caranya menjadi BCC. Memang, seringkali orang nggak pede karena merasa jumlah followers-nya belum banyak, khawatir engagement rate-nya nggak tinggi dan lain sebagainya. Padahal, mulai aja dulu. Bagaimana brand mau percaya sama kita kalau kita aja nggak pede sama konten yang kita buat, bukan?
Untuk BCC di Instagram, menurut analisis gue pribadi tahun 2021 ini bakal masih nge-trend banget seperti tahun 2020 dengan membuat konten Instagram Carousell di mana review bisa dalam bentuk teks dalam foto dan caption.
Sekarang pun sudah ada fitur baru yaitu Instagram Guide yang bisa membuat semacam folder atau thread dari postingan-postingan di Instagram Feed supaya bisa disesuaikan kategorinya. Misal sebelumnya udah pernah review beberapa produk skincare dari suatu brand di beberapa postingan berbeda. Nah ini bisa dijadikan thread dalam Instagram Guide dengan headline brand tersebut. Fitur ini bakal memudahkan followers kalian untuk menemukan rekomendasi produk dari brand tersebut. Berikut contoh tampilan dari Instagram Guides.
Lalu, bagaimana dengan BCC di Twitter? Platform Twitter sendiri sering disebut Micro Blog. Fitur tweet saat ini paling sering digunakan untuk membuat Twitter Thread. Banyak juga komunitas yang tersebar di Twitter seperti Menfess yang berhubungan dengan dunia beauty. Kalau teman-teman perhatiin, sering banget ada yang minta link thread atau share link thread mereka sendiri. Misal "Thread Mengatasi Rambut Rontok." Beberapa brand juga memberdayakan Twitter untuk dijadikan media marketing mereka. Meskipun gue sendiri saat ini hanya menggunakan Twitter sebagai media sharing link Blog Post, tetapi gue pernah dapat prompt dari salah satu brand lokal untuk post di Twitter. Meskipun pada akhirnya gak gue grant karena Twitter gue private dan cuma punya 1 akun. Sehingga dengan negosiasi, prompt tersebut gue alihkan ke platform lain. Tetapi, nggak menutup kemungkinan bagi kalian yang memang lebih nyaman dan aktif di Twitter untuk berbagi dan berpenghasilan.
5. BRAND AMBASSADOR
Saat ini mulai banyak brand yang memberdayakan strategi marketing dengan KOL atau Key Opinion Leaders non celebrity. Karena, dengan strategi ini meskipun belum tentu terjadi konversi (direct purchase), tetapi dinilai cukup efektif untuk meningkatkan brand awareness. Sejauh pengamatan gue, biasanya rekrutmen dilakukan secara terbuka via Instagram Brand, komunitas maupun e-commerce. Contoh Brand yang melakukan rekrutmen adalah: Wardah (Lokal), Elsheskin (Lokal), Isntree (Worldwide), dan lain sebagainya. Sedangkan e-commerce yang gue tau melakukan rekrutmen adalah: Lunadorii (lokal) dan Yesstyle (Worldwide).
Biasanya sistemnya menggunakan Affiliation Code, yaitu kode unik yang terafiliasi dengan akun kalian. Kalian bisa menghasilkan dari setiap purchasement yang menggunakan kode tersebut. Benefit lainnya yang mungkin kalian bisa dapatkan sebagai Brand Ambassador adalah produk gratis, early access terhadap produk-produk terbaru, special invitation untuk acara-acara yang mereka adakan, dan lain-lain. Tergantung kebijakan dari amsing-masing recruiter.
6. BEAUTY RESELLER
Buat kalian yang mager ngonten tapi pengen jualan aja, bisa banget sih jadi reseller. Nggak harus kok kalian jualan di Instagram. Bisa juga langsung by e-commerce kalau memang nggak pengen terlalu ngonten. Bahkan beberapa brand juga menyediakan Set of Content biasanya yang boleh digunakan sebagai display di akun Official Reseller. Bisnis ini tentunya akan menguntungkan kalau yang kalian jual adalah produk-produk yang sedang on high demand. Biasanya juga akan ada harga ataupun promo khusus bagi para reseller dari brand dengan ketentuan masing-masing. Beberapa brand yang gue tau membuka jasa reseller misalnya: Scarlett Whitening, Jafra, The Bath Box, dan masih banyak lagi.
Tetapi, sebagai seller kalian juga harus memastikan bahwa kalian punya PK atau Product Knowledge yang cukup. Karena, pasti ada aja calon buyer yang ingin konsultasi dulu sebelum membeli. Memang, untuk yang satu ini, biasanya kalian harus sudah punya modal dulu. Kecuali kalian menggunakan sistem dropship. Tetapi, kalau gue pribadi kurang menyenangi sistem yang kedua karena gue nggak punya kendali atas barang yang gue jual. Sehingga, kalau dari sisi agama ada unsur keraguan di dalamnya yang untuk gue pribadi lebih baik ditinggalkan. Secara teknis, kalau misal customer kalian komplain soal barang yang diterima kan kalian nggak bisa berbuat banyak, bukan? Silakan disesuaikan saja dengan profile risiko finansial teman-teman. Namanya juga bisnis, pasti ada risikonya masing-masing, bukan?
7. PERSONAL SHOPPER
Profesi yang satu ini sepertinya masih sangat jarang yaa di Indonesia? Mungkin yang umum dan lebih lumrah itu bisnis Jastip (Jasa Titip). Sebenarnya, Professional Shopper itu mirip-mirip. Tetapi, Personal Shopper itu berbeda dengan Jastip. Karena ada banyak keunggulan lainnya yang bisa kalian tawarkan kepada klien lebih dari "sekadar" titip belikan barang. Kalian bisa jadi tempat konsultasi klien dan kasih berbagai rekomendasi yang disesuaikan dengan kebutuhan serta budget dari klien.
Memang, untuk level yang sudah lebih advanced, seorang personal shopper juga bukan tidak mungkin menyediakan anggaran untuk konsultasi dengan dermatologist perihal keluhan klien. Terutama jika keluhannya tidak umum atau permasalahan kulitnya sudah cukup parah untuk ditangani hanya dengan skincare OTC saja. Biasanya, klien-klien yang menggunakan jasa personal shopper adalah mereka yang sangat sibuk dan nggak punya banyak waktu untuk mempelajari skincare ingredients dan segala sesuatu yang berhubungan dengan skin treatment mereka. Untuk itulah profesi personal shopper hadir untuk memfasilitasi mereka. Untuk charge nya sendiri tentu disesuaikan dengan kompleksitas dari business flow nya. Apa produk yang dibutuhkan susah dicari, masalah kulit yang dihadapi klien butuh riset tambahan, dan lain sebagainya.
--
Nah, itu dia tadi 7 Business in Beauty yang bisa kamu coba di tahun 2021 ini. Kira-kira ada yang tertarik memulai nggak, nih dari salah satu atau beberapa profesi di atas?
- Bintang Mahayana
Bingung juga ,males juga haha jadi gak tau mau milih yang mana :D
ReplyDeleteHaha pilih yang kalo ngerjainnya nggak beban aja Kak :D
DeleteWah baru denger ka tentang si personal shopper ini.
ReplyDeleteIya Kak Meilinda, di Indo memang masih jarang. Terus kebanyakan juga yang pake jasa ini tuh emang yang secara ekonomi tergolong menengah ke atas. Tertarik mungkin, kak? Hihi
Delete