Dear Skincare & Make Up Lovers, Yuk Bantu Jaga Hutan Indonesia dengan 6 Hal Ini!
Holla!
Di postingan kali ini, gue mau berbagi tentang indahnya Pesona Hutan Indonesia dan potensi yang ada di dalamnya. Tulisan ini berangkat dari acara Eco Blogger Squad Earth Day Gathering pada 14 April 2021 yang diselenggarakan dalam rangka menyambut #HariBumi pada 22 April 2021 mendatang. Sebagai skincare & make up lovers, gue sadar selama ini begitu banyak produk kecantikan yang gue coba. Tetapi, apakah semuanya sudah ramah lingkungan atau jangan-jangan gue juga ikut kontribusi sebagai penyumbang limbah yang dapat merusak lingkungan? Lewat artikel ini, gue mau cerita sekaligus berbagi tips yang bisa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Apapun profesi kita, sekecil apapun itu tetap menyumbang perubahan bagi Hutan Indonesia. Yuk, sama-sama bantu jaga hutan. Simak selanjutnya di bawah ini, yaa!
Kenalan, Yuk sama Hutan Indonesia!
Waktu gue SD, guru IPA di kelas suka bilang begini, "Hutan itu Paru-Paru Dunia". Disebut demikian karena hutan banyak tumbuhan. Jika manusia yang bernapas dengan menghirup oksigen (O2) dan mengeluarkan karbondioksida (CO2), maka tumbuhan adalah kebalikannya. Makanya, jika berada di bawah pohon yang rindang udara akan terasa lebih sejuk karena kita mampu menghirup oksigen yang dihasilkan oleh pohon.
Sewaktu masih berdomisili di Kota Bogor, sekolah gue itu lumayan rutin ngadain kunjungan bersama ke Kebun Raya Bogor. Meskipun Kebun Raya Bogor adalah hutan lindung kota dan bukan hutan belantara di alam liar, setidaknya gue ada pengalaman melihat prototype hutan itu seperti apa. Namun, karena biodiversitas di dalamnya sejatinya adalah tanaman-tanaman di lindungi, kesannya ya hanya rekreasi saja. Sejuk pepohonon di antara hiruk-pikuk kota yang ramai, wahana piknik keluarga, dan tempat gue latihan naik sepeda roda 2 untuk pertama kalinya. Jadi, tetap saja masa kecil gue masih terdiskoneksi dari hutan itu sendiri. Mengutip kata-kata Mas Tian dari Hutan Itu Indonesia, kalau lihat hutan saja tidak pernah, bagaimana kita mau sayang sama hutan? Kalau nggak sayang sama Hutan Indonesia, berarti kita kurang piknik, nih! Padahal, kalau sudah kenal sama hutan, kita akan jadi tahu bahwa hutan di seluruh penjuru Nusantara Indonesia itu memiliki potensi dan kekayaan alam yang melimpah, seperti yang ditunjukkan oleh Kak Gita dari LTKL dalam presentasinya.
Sumber gambar: How we see forest (Hutan Itu Indonesia); Potensi Hutan di Penjuru Nusantara Indonesia (LTKL); Infografis oleh Bintang Mahayana |
Baru pada tahun 2019, saat perjalanan dinas ke Kalimantan lihat hutan. Meskipun hanya dari pantauan udara. Duh, pupus sudah imej Indonesia hijau dengan hutan bentara. Tetapi, karena sehari-hari pakai skincare terutama produk lokal, akhirnya jadi tahu. Bahwa terlepas dari pembalakkan hutan yang terjadi, alam Indonesia masih menyimpan ragam biodiversitas hutan yang bisa dimanfaatkan oleh manusia. Salah satunya oleh industri kecantikan. Biasanya dimanfaatkan sebagai lulur seperti: kopi, coklat, dan madu. Ternyata, tidak hanya baik dikonsumsi langsung. Namun, baik diaplikasikan di kulit manusia secara topikal untuk menjaga kesehatan kulit dari luar juga.
Bersimbiosis dengan Hutan Hadirkan "Sense of Belonging" terhadap Hutan Indonesia
Saat sesi presentasi dari Mas Yuyun Harmono - Manajer Kampanye Keadilan Iklim di Eksekutif Naisonal Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), ada sejumlah data dan fakta mengejutkan terkait kebencanaan di Indonesia. Jujur sedih banget ingat beberapa bulan ini Indonesia dirundung bencana terus hingga menjelang Bulan Suci Ramadhan. Berikut adalah cuplikan presentasi dari Walhi, terkait "Tren Bencana di Indonesia Sepanjang 2009-2019." Faktanya, 6 dari 10 bencana di Indonesia itu memiliki korelasi langsung dengan isu perubahan iklim dan selalu uptrend dalam kurun waktu tersebut. Lihat saja grafik nya naik terus huhuhu.
Kalau dipikir-pikir, selain karena bencana itu memang terjadi atas kuasa-Nya, kita sebagai manusia sejatinya juga berkontribusi terhadap perubahan tersebut. Kalau kita merusak alam, tentu saja alam akan memberontak. Sebaliknya, jika kita menjaga alam, maka alam pun akan menjaga kita. Jadi ingat pelajaran IPA waktu SD, ada yang namanya simbiosis mutualisme, simbiosis komensalisme, dan simbiosis parasitisme. Di antara ketiganya, mana yang paling sering kita lakukan terhadap alam? Kita bahas satu per satu, yaa.
1. Simbiosis Mutualisme
Simbiosis Mutualisme artinya hubungan yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak. Jadi, tidak ada yang dirugikan dalam hubungan tersebut.
Contohnya: Manusia memanfaatkan hasil hutan secara bertanggungjawab sehingga biodiversitas hutan terjaga (tidak mengalami kepunahan). Sedangkan manusia dapat memperoleh hasil hutan untuk bahan produksi produk serta tetap dapat menikmati oksigen hasil produksi tumbuhan untuk kebutuhan bernapas sehari-hari.
2. Simbiosis Komensalisme
Simbiosis Komensalisme artinya hubungan yang menguntungkan satu pihak. Namun, pihak yang lain tidak dirugikan. Setidaknya, ini adalah tindakan minimal manusia terhadap hutan agar dapat senantiasa hidup berdampingan di muka bumi.
Contohnya: Manusia melakukan wisata rekreasi ke hutan tanpa merusak alam. Manusia diuntungkan karena dapat menikmati keindahan alam dan memperoleh oksigen yang segar. Namun, hutan juga tidak dirugikan oleh kehadiran manusia tersebut.
3. Simbiosis Parasitisme
Simbiosis Parasitisme artinya hubungan yang hanya menguntungkan salah satu pihak sedangkan pihak lainnya dirugikan. Hal ini yang menjadi concern utama kita saat ini sebagai penyebab krisis iklim global yang berdampak pada pemanasan global atau kenaikkan suhu rata-rata bumi yang berpotensi mengancam kelangsungan hidup makhluk hidup di muka bumi.
Contohnya: Manusia melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar hutan untuk dijadikan sebagai lahan kelapa sawit atau pembangunan.
Setelah menyadari simbiosis apa yang kita miliki dengan Hutan Indonesia, kini saatnya kita memilih. Apakah kita ingin memertahankan simbiosis itu? Jika ternyata simbiosis paling dominan yang kita miliki adalah Simbiosis Parasitisme, akankah kita mengubahnya? Tentunya, perubahan itu hanya dapat terjadi karena kesadaran, keinginan, serta rasa memiliki yang ada dalam diri kita terhadap Hutan Indonesia. Jika kita merasa memiliki, maka kita akan sayang. Jika sudah sayang, maka kita akan senantiasa berusaha untuk menjaganya dengan sepenuh hati. Masuk akal, bukan?
5 Langkah Nyata dan Sederhana untuk Bersama Pulihkan Hutan Indonesia dari Krisis Perubahan Iklim
1. Sadari sepenuhnya tentang pentingnya hutan dan temukan irisan kepentingan kita dengan hutan
Pernahkah teman-teman berpikir, kira-kira apa dampaknya bagi diri kita sendiri kalau kita peduli terhadap lingkungan dan kelestarian hutan? Seolah kita menagih hutang pada alam tentang apa yang dapat alam hadirkan bagi kehidupan kita. Gue juga sama. Karena terdiskoneksi dari hutan, akhirnya tidak ada yang menyadarkan dengan segera tentang urgensi peduli pada kelestarian Hutan Indonesia. Lihat saja nggak pernah, bagaimana mau peduli? Kalau sudah kenal dan lihat hutan, pun nggak cukup. Tetapi, sudah saatnya kita menemukan irisan kepentingan antara kita dengan hutan.
Maksudnya apa? Jadi, irisan kepentingan itu pada dasarnya adalah tujuan kita melakukan sesuatu yang berkaitan dengan harapan bagi manfaat yang mampu kita peroleh. Contohnya, nih kita sebagai Skincare and Make Up Lovers, pasti ingin kulit kita sehat terus, nggak gampang breakout, bisa dapat produk yang harganya sesuai dengan budget, dan masih banyak lagi. Tentu saja, kalau ingin kulit sehat dan skin barrier kita tidak terganggu, alam dan lingkungan sekitar kita harus bagus, dong kualitas air, tanah, dan udaranya? Kalau ingin produk-produk dipasaran masih terjangkau oleh kita, tentu bahan bakunya jangan sampai langka, bukan? Nah, semua itu sangat mungkin terwujud andaikan Hutan Indonesia tetap lestari.
2. Mengenal hutan itu sendiri dan tunjukkan kepedulian secara tulus
Kalaupun tidak memungkinkan terjun langsung ke hutan, kita bisa belajar mengenal hutan lewat Website Official Walhi. Di situ kita dapat belajar tentang bagaimana upaya Walhi sebagai NGO dan organisasi non-profit bersama masayarakat setempat melakukan upaya nyata dalam melindungi hutan sebagai mitigasi perubahan iklim. Habis berselancar ke Walhi¹, gue juga jadi sadar betapa generasi kita ini mengemban kewajiban atas perlindungan opsi, akses, dan kualitas sumber daya lingkungan dalam melawan krisis iklim.
"Aduh, gue kan kerja di kota sibuk banget, nih!"
Weits! Tenang teman-teman, kita tetap bisa melakukan upaya yang mudah dilakukan, cepat, namun tetap kontributif. Salah satunya adalah dengan cara berdonasi untuk Hutan Indonesia melalui Link Donasi Walhi. Nantinya, donasi kita itu akan digunakan sepenuhnya untuk menunjang kegiatan-kegiatan perlindungan hutan bersama masyarakat setempat yang bermitra dengan Walhi sebagai NGO dan non-profit organization yang membantu masyarakat setempat berjuang atas Wilayah Kelola Rakyat (WKR). Jadi, jaman sekarang sudah nggak ada alasan lagi buat kita untuk nggak peduli sama hutan. Karena sudah banyak wadah yang mampu menjembatani kita dengan hutan itu sendiri.
3. Memilih kemasan produk yang ramah lingkungan atau mudah didaur ulang
Selama ini, sebelum jadi bagian dari Eco Blogger Squad, kayaknya gue beli skincare atau make up itu yang penting cocok dan suka. Nggak pernah benar-benar sadar kalau gue juga bisa jadi penyumbang limbah, salah satunya plastik. Maksud dan tujuan gue di sini, bukan serta-merta mengajak teman-teman semua untuk memboikot produk dengan kemasan plastik. Namun, mengajak untuk selalu membaca kemasan produk sebelum membeli agar tidak menyesal kemudian.
Kalau kita bisa mengolahnya secara bertanggung jawab, nggak masalah. Sekarang sudah banyak brand yang mengadakan program daur ulang kemasan seperti botol PET misalnya. Namun, akan lebih bijak jika kita mampu mengurangi konsumsinya. Selama ini, kemasan plastik bekas skincare atau make up yang gue punya pun tidak langsung dibuang. Ada yang bisa dimanfaatkan secara langsung, ada pula yang dikumpulkan terlebih dahulu sebelum dikirim ke pengelola sampah terpilah.
4. Membeli produk sesuai kebutuhan dan habiskan secara bertanggung jawab
Seperti yang pernah gue jelaskan dalam artikel "My Journey Towards Sustainability", dalam 3P yaitu Pilih - Pakai - Pilah, gue menyarankan untuk kita semua selalu menghabiskan produk yang kita gunakan dalam masa Period After Opening (PAO) atau waktu pakai produk yang disarankan untuk hasil yang maksimal. Sehingga, tidak ada yang terbuang sia-sia.
Gue juga mulai menerapkan untuk "Stop Hoarding!" - berhenti dari kebiasaan menimbun barang yang tidak perlu atau belum waktunya kita butuhkan. Sale itu waktunya sepanjang tahun. kok! Jadi, nggak perlu khawatir nyetok banyak-banyak atas nama "mumpung lagi promo". Tetapi, ujung-ujungnya malah sudah keburu bosan dengan produknya, tidak terpakai, kemudian expired :(
5. Memilih produk yang mengandung komoditas Hutan Indonesia
Di artikel gue sebelumnya, gue juga sempat membahas soal pentingnya mengenali ingredient atau komposisi bahan pembuat produk. Mengutip kata-katanya Mas Danang Wisnu, skincare atau make up itu seharusnya bikin kita happy. Kalau kita tahu bahan pembuatnya itu ramah lingkungan, kita akan lebih merasa tenang dan happy juga pakainya, bukan?
6. Spread the words! Bersama mainstream-kan isu tentang hutan di Beauty Forum dan tongkrongan
Isu lingkungan, perlindungan hutan, maupun perubahan iklim seharusnya kini sudah bukan jadi topik pembicaraan "eksklusif" lagi. Bagaimana bisa eksklusif jika fakta di lapangan sudah sering terjadi bencana alam dan kita semua selalu merasakan dampaknya. Mungkin dulu kita takut dianggap SJW - Social Justice Warrior yang kesannya menggurui atau sok tahu. Tetapi, jadi SJW untuk hutan kini seharusnya bukan hanya untuk golongan tertentu saja. Untuk itulah kita seharusnya mampu bersama-sama membuat isu yang terdengar "heavy" ini menjadi sesuatu yang mainstream.
Kita dapat berbicara sesuatu kapasitas kita sebagai Skincare & Make Up Lovers, seperti: memberikan rekomendasi produk yang ramah lingkungan dan ramah sosial, mengajak untuk sama-sama mendaur ulang sampah bekas kemasan produk, merekomendasikan komoditas lokal yang baik untuk kesehatan dan kecantikan, serta melakukan semua itu secara konsisten. Memang, membuat orang lain menemukan irisan kepentingan terhadap isu ini tidak mudah. Namun, selama kita konsisten dan terus melakukan tindakan nyata, kita juga bantu menyadarkan mereka sebagai contoh atau role model. Sehingga, pada akhirnya output yang diharapkan adalah "kalau dia saja bisa, kenapa gue enggak?" Semoga saja.
- Ditulis oleh Bintang Mahayana ©️ 2021
[Tulisan ini dipublikasikan dalam rangka menyambut Hari Bumi 2021 yang jatuh pada 22 April 2021 sebagai wujud kolaborasi Eco Blogger Squad (member Blogger Perempuan Network), Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), dan Hutan Itu Indonesia.]
[REFERENSI]
¹Analisis Kesenjangan Kebijakan Iklim Indonesia dalam Perspektif Keadilan antar Generasi. Dalam Walhi. Diakses pada 16 April 2021.
[WEBSITES & SOCIAL MEDIA]
Blogger Perempuan Network
Website: https://bloggerperempuan.com
Instagram: https://instagram.com/bloggerperempuan/
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi)
Website: https://www.walhi.or.id/
Instagram: https://www.instagram.com/walhi.nasional/
Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL)
Website: http://kabupatenlestari.org
Instagram: https://instagram.com/kabupatenlestari/
Hutan Itu Indonesia
Website: https://telusuri.id/pesonahutan/
Instagram: https://instagram.com/hutanituid/
No comments:
Holla! Thanks for reading my post. Silakan tinggalkan komentar atau pertanyaan terkait konten. Komen spam, annonymous, maupun berisi link hidup akan dihapus. Centang "Notify Me" agar kalian tahu kalau komennya sudah dibalas, yaa!