GOTO - Gojek Tokopedia Merger, Bagaimana Pendapat Wishnutama tentang Masa Depan Era Digital Disruptive di Indonesia?
Sekilas Berita Gojek-Tokopedia (GoTo)
Perkembangan industri kecantikan tidak terlepas dari peningkatan eksposur e-commerce sebagai produk hasil digital disruptive era. Di Indonesia sendiri, salah satu e-commerce terbesar yang banyak dijadikan andalan oleh masyarakat adalah Tokopedia. Per Senin (17/5) 2021, PT Gojek Indonesia dan PT Tokopedia yang merupakan 2 perusahaan digital terbesar di Indonesia secara resmi bergabung menjadi GoTo. Didukung oleh banyak venture capital baik asing maupun lokal seperti Alibaba Group, Astra International, BlackRock, Capital Group, DST, Facebook, Google, JD.com, KKR, Northstar, Pacific Century Group, PayPal, Provident, Sequoia Capital India, SoftBank Vision Fund 1, Telkomsel, Temasek, Tencent, Visa, dan Warburg Pincus (Sumber: Kontan.co.id).
Ride Hailing dan E-commerce bersatu Lahirkan FinTech?
Indonesia menempati urutan ke-5 sebagai negara dengan jumlah Startup terbanyak di dunia, yaitu sebanyak 2.229 startup. Saat ini, Indonesia memiliki 6 Unicorn dan 1 Decacorn. Kita pasti sudah tidak asing lagi dengan lini bisnis keduanya. Gojek memiliki bisnis utama di bidang ride hailing (GoJek & GoCar), food delivery (Go Food), dan fintech (GoPay). Sedangkan Tokopedia sendiri memiliki bisnis utama di bidang e-commerce dan fintech. Nyaris semua kebutuhan pembayaran tagihan, hiburan, dan pokok tersedia di Tokopedia. Termasuk kebutuhan industri kecantikan seperti skincare dan make up yang sejak tahun 2017 meningkat pesat setidaknya 20%.
Saat ini, fintech Tokopedia memang masih terafiliasi dengan OVO milik PT Visionet International. Namun, apakah nantinya transaksi di Tokopedia dapat dilakukan melalui GoPay atau justru GoTo akan melahirkan FinTech baru sebagai anak perusahaan, belum bisa dipastikan. Namun, topik diskusi ini cukup santer dibicarakan oleh netizen. Terutama para investor Indonesia yang siap menyambut IPO (Initial Public Offering) atau pelepasan sebagian dari kepemilikan modal perusahaan kepada publik via bursa saham yang menurut informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) sedang dipersiapkan untuk direalisasikan tahun ini.
End Game dari Gelombang Pertama Digital Disruptive Era
Dalam acara Rainmaking Series Indonesia 2021 - Indonesia, Wishnutama Kusubandio - Komisioner ASEAN Unicorn, Tokopedia; Presiden Komisioner Telkomsel dan Dewan Penasihat Indonesia Creative Cities Network (ICCN), menjadi salah satu pemateri dalam diskusi yang bertema "Smart City Breakthrough with Digital and Creative Economy of Indonesia 2030". Acara ini merupakan undangan dari Good City Foundation dan selebihnya peserta dapat join dengan proses kurasi terlebih dahulu.
Pada sesi Q&A, peserta dipersilakan mengajukan pertanyaan via chatbox untuk menghemat waktu dan kemudian dikurasi oleh moderator - Andre Kwok (Good City Foundation). Berikut tangkapan layar pertanyaan yang sempat diajukan dan dijawab oleh Bapak Wishnutama.
Pertanyaan (translasi):
"Saya ingin bertanya kepada Bapak Wishnutama tentang 2 digital unicorn yang baru-baru ini merger di Indonesia, yaitu Gojek dan Tokopedia sebagai GoTo. Bagaimana Bapak melihat hal ini terhadap atmosfer ekonomi digital saat ini serta proyeksinya di masa depan terkait ekonomi kreatif digital? Terutama bagi kaum muda. Terima kasih."
Kemudian, beliau menyatakan bahwa tentunya merger 2 perusahaan digital tersebut akan membawa euforia positif dalam atmosfer ekonomi kreatif digital. Hal ini juga bisa dilihat dari perspektif eksistensi resiliensi ekonomi Indonesia. Terlebih di masa pandemi seperti sekarang.
"Kalian yang muda-muda ya cari solusi lain yang bisa dibangun start up. Ride hailing dan e-commerce ini sudah lewat masa nya. Mereka ada di first wave digital disruptive era. Second wave nanti lebih fokus di HealthTech dan Fintech. Saya rasa kalian tidak akan sanggup mengalahkan Gojek dan Tokopedia jika solusi yang kalian tawarkan itu sejenis," ujar Wishnutama.
Maka, bisa disimpulkan bahwa bersatunya Gojek dan Tokopedia layaknya wake up call bagi generasi muda Indonesia bahwa kita sudah memasuki Gelombang Dua Era Digital Disruptif dan butuh solusi terkini. Saat ini sudah mulai banyak HealthTech dan FinTech bermunculan. Inilah saatnya era kompetisi baru dimulai. Sesungguhnya industri kecantikan juga memiliki kaitan erat dengan HealthTech. Sehingga, bukan tidak mungkin bagi para pelaku industri kecantikan untuk terjun ke dalam gelombang dua ini.
- Ditulis oleh Bintang Mahayana, 24 Mei 2021
Referensi:
Kontan. 2021. Gojek-Tokopedia Merger Berapa Valuasinya? Dalam kontan.co.id
Ulasan yang luar biasa, mbak Bintang. Saya sendiri justru menunggu GOTO buat segera IPO, apakah nanti juga jadi gorengan oknum kaya si BUKA? Ohya, masih terkait artikel mbak Bintang, selain fintech dan healthtech, yang sekarang ngetrend adalah edtech. Ini hal yang menarik untuk saya.
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung Kak Adi. Nah, kalau BUKA sebenarnya bukan gorengan saya lihatnya. Tetapi memang oleh BUKA nya sendiri IPO untuk buy back. Dana IPO diberdayakan untuk sales soalnya bukan R&D. Untuk GOTO tergantung nantinya penggunaan dana IPO spt apa dikelolanya. Meskipun pendapat beragam saat ini. Ada yg menganggap potensial "digoreng" ada juga yg menganggap bahwa potensial untuk growth investing. Di bursa rajanya tetap market itu sendiri. Kita retail cuma harus pinter2 atur strategi saja bukan? Jgn sampai terlalu greedy tetapi kalo memang ada peluang jangan sampai ketinggalan kereta. I agree! EduTech lagi uptrend juga. Saya jg sbg salah satu yg suka memanfaatkan edutech semacam RevoU, Ternak Uang dsb. Sempat ada riuh di socmed bilang TU suruh IPO krn ROI nya sampai multi bagger. Semoga yaa kedepannya EduTech Indo juga punya kesempatan untuk melantai ke bursa.
Delete